Sebentar lagi, umat Islam di seluruh dunia akan menyambut salah satu hari raya besar: Idul Adha. Hari raya ini bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban, tetapi juga tentang menghidupkan kembali nilai-nilai ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari.
Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan putranya, Nabi Ismail, menjadi pengingat yang kuat bagi kita semua — bahwa cinta kepada Allah harus lebih besar dari apa pun yang kita miliki di dunia ini. Kurban bukan sekadar ibadah fisik, tapi bentuk ketundukan hati kepada perintah-Nya.
Menjelang datangnya hari yang penuh makna ini, ada baiknya kita semua mulai merenung dan bersiap diri:
- Sudahkah kita menumbuhkan semangat berkorban dalam hidup kita?
- Sudahkah kita menanamkan makna kurban kepada anak-anak dan keluarga?
- Sudahkah kita merencanakan untuk ikut serta dalam kurban, atau paling tidak, memperbanyak amal dan kepedulian sosial?
Bagi santri dan pelajar, momen ini bisa menjadi pengingat bahwa menuntut ilmu pun butuh pengorbanan: meninggalkan rasa malas, menata niat, dan terus bersungguh-sungguh demi ridha Allah.
Bagi para orang tua, Idul Adha juga mengingatkan bahwa mendidik dengan sabar dan menjadi teladan di rumah adalah bentuk pengorbanan yang penuh pahala.
Dan bagi kita semua, mari jadikan dua pekan ke depan sebagai waktu untuk menyambut Idul Adha dengan hati yang siap — siap taat, siap ikhlas, dan siap berbagi.
Semoga Allah menerima setiap niat dan amal kita. Idul Adha bukan sekadar tradisi tahunan, tapi momen spiritual yang seharusnya mengubah cara kita memandang hidup.